Laman

Rabu, 24 November 2010

alasan masyarakat lereng merapi enggan mengungsi


Setelah beberapa hari terjadi letusan gunung merapi, Korban tewas akibat letusan Gunung Merapi pada Jumat 5 November 2010 dini hari terus bertambah. Sementara proses evakuasi juga masih terus dilakukan.

Komisaris Polisi Agung Hadi Wijanarko, Sabtu 6 November 2010 mengatakan bahwa sampai saat itu korban tewas mencapai 81 jiwa.
Dengan demikian, berarti total korban tewas akibat letusan Merapi mencapai 126 orang. Sebanyak 45 korban tewas pada letusan Merapi pada 26 Oktober 2010.
Kebanyakan korban yang tewas pada kejadian itu terjadi karena mereka enggan untuk mengungsi. Adapun alasan mereka enggan untuk mengungsi diataranya yaitu :

->Mereka beralasan, belum mendapat perintah untuk segera mengungsi dari penguasa merapi. Namun Mbah maridjan selaku juru kunci merapi justru meminta warga menuruti imbauan pemerintah. "Saya minta warga untuk menuruti perintah dari pemerintah, mau mengungsi ya monggo," katanya. Meskipun beliau sendiri tidak ikut mengungsi,beliau justru berpendapat, jika ia pergi mengungsi, dikhawatirkan warga akan salah menanggapi lalu panik. Mereka dikhawatirkan mengira kondisi Gunung Merapi sedemikian gawat.
Sikap serupa ditunjukkan Mbah Maridjan ketika Merapi mengalami erupsi pada tahun 2006.
Saat itu, ia menolak untuk mengungsi meski dibujuk langsung oleh Sultan Hamengku Buwono X.

->Karena kebanyakan masyarakat lereng merapi merupakan penduduk asli sehingga meraka berprisnsip disanalah tempat mereka dilahirkan dan disana pula lah mereka akan mati.

->Mereka terlalu pasrah terhadap nasib tanpa sebuah usaha yang signifikan untuk menyelamatkan diri dan keuarganya.

->Mereka enggan meninggalkan harta yang selama ini mereka punya, seperti sawah, ternak dan rumah mereka.

->Mereka berfikir bahwa yang namanya mengungsi itu pasti tidak enak dan Kurangnya fasilitas di tempat pengungsian, sehingga mereka enggan untuk mengungsi dan lebih memilih tinggal dirumah masing-masing.

Jadi pada intinya, faktor yang mejadi alasan mereka untuk enggan mengungsi ddidorong oleh faktor kepercayaan, keyakinan dan kebudayaan.